ilustrasi kapal di Danau Toba |
"Sebelum kejadian itu terjadi, saya menaiki kapal Sinarbangun dari Tigaras menuju Simanindo. Saat berangkat kapal itu sudah mengangkut banyak penumpang dan sepeda motor, jumlahnya saya tidak tahu pasti, namun banyak penumpang, makanya saya pikir terlalu rakus," katanya di Pangururan, Kamis (21/6/2018).
Dalam perjalanan itu, ombak memang sudah besar akan tetapi seluruh penumpang termasuk dirinya bisa sampai menuju Dermaga Simanindo pada pukul 15.00.
Karena tidak ada firasat apapun, saat sudah berada di Dermaga Simanindo, Nainggolan pun memilih pulang ke rumah. Setelah beberapa jam tiba di rumah, ia mendengar kapal Sinarbangun yang berangkat dari Simanindo menuju Tigaras sudah terbalik dengan menenggelamkan ratusan penumpang.
"Saya sangat terkejut, sebab tadi siangnya saat menyeberang dari Tigaras, Simalungun saya menggunakan kapal itu, kapal memang lumayan besar, akan tetapi sekali lagi pemilik kapal terlalu memaksakan membawa banyak penumpang hingga akhirnya terjadilah bencana itu," tambahnya.
Ia berharap ada tindakan kepada para pemilik kapal dan efek jera supaya kedepan tidak terjadi bencana yang sama.
Beberapa warga juga menceritakan pengalaman pahit saat menaiki kapal kapal kayu yang membawa penumpang dan sepeda motor.
F. Sitanggang salah satu warga Panggururan pernah bertengkar dengan nahkoda kapal di Simanindo. Sitanggang menerangkan pernah menegur dan mengingatkan supaya nahkoda berangkat dan tidak lagi memasukkan penumpang karena sudah penuh. Akan tetapi, nahkoda malah menyuruh Sitanggang untuk keluar dan mencari kapal lain.
Meski memang tidak terjadi bencana kala itu, namun karena sudah berada didalam kapal, Sitanggang memilih diam dan hanya bisa pasrah melihat kondisi penumpang yang sudah memenuhi bagian bagian kapal.
"Saya pernah bertengkar, tapi ada oknum oknum nahkoda itu kadang kasar dan tidak terima masukan kita, jadi lebih baik kita diam," katanya.
Sementara itu, dari hasil yang dihimpun di Dermaga Simanindo, Kapal Fery milik pemerintah KMP I dan KMP II juga sangat jarang menaikkan penumpang menggunakan sepeda motor. Penumpang yang menggunakan mobil menjadi prioritas.
Beberapa warga yang tidak bersedia namanya dikorankan mengaku, nahkoda kapal kapal kayu kadang marah kepada petugas Kapal Fery bila mengetahui Kapal Fery membawa sepeda motor. Sehingga, penumpang yang membawa sepeda motor lebih sering menggunakan kapal kapal kayu dan tidak dilayani jika ingin menaiki Kapal Fery.
Pemilik Kapal Sinarbangun sendiri telah diperiksa di Polres Samosir. Setelah diperiksa oleh aparat, kapal itu tidak memiliki ijin berlayar dan hanya diperbolehkan mengangkut sekitar 60 penumpang serta tidak diijinkan membawa sepeda motor. (sumber)
Posting Komentar